Sabtu, 02 Mei 2009

Normal VS Abnormal

“Jujur yah Rin….gue gila yah?”, tanyanya mengakhiri cerita panjang lebar yang tak dapat diungkap melalui telepon. Rupanya aku sengaja diajak bertemu minum kopi untuk dimintai opini professional: menilai kadar kewarasan! Kusadari sejak memilih jurusan psikologi, pertanyaan seperti ini bakal banyak menghampiriku. Banyak orang tak yakin bahwa dirinya “normal” dan ini bisa sangat meresahkan! Di dunia normatif ini, orang berebut tempat di kolom wajar alias ‘seperti kebanyakan’. Tak banyak yang mau mentolerir hal-hal yang melenceng dari normalitas, padahal abnormal tak selalu salah dan tak selalu jelek. Normal pun tak selalu benar dan baik, ia hanya… lebih mudah diterima!

Tak mudah memang menarik garis tegas antara perilaku normal dan abnormal. Sederhana saja mungkin kalau kita hanya menilai dari penyebaran dan distribusi di kurve normal, kalau anda termasuk kolom tengah alias rata-rata maka anda tergolong normal, kalau anda berada di pinggir kurve, maka Anda tergolong abnormal. Di jaman modern dan digital ini, sepertinya hampir semua orang punya HP, lebih dari satu bahkan! Jadi kalau hare gene Anda gak punya HP…(silakan simpulkan sendiri!). Kalau hanya kuantitas yang dijadikan patokan, maka para atlet dengan kemampuan super seperti Michael Phelp termasuk makhluk abnormal.
Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah apakah perilaku tersebut melanggar norma budaya setempat atau tidak. Mengayau alias menebas kepala, dianggap lazim dan justru memperoleh respek di Suku Dayak, tapi jangan coba-coba membawa kebiasaan tersebut ke Jakarta atau Anda akan berakhir satu sel dengan Ryan sang penjagal dari Jombang!

Menariknya, norma juga sangat mungkin mengalami pergeseran! Dulu sebelum flower generation, rata-rata orang yang belum menikah masih perawan, sekarang, paling tidak di Amerika remaja perawan sudah jadi spesies langka. Begitu pula dengan homoseksualitas yang tak lagi masuk dalam daftar perilaku menyimpang. Di Negara kita tercinta, perilaku nrimo adalah perilaku yang normal: wajar orang nrimo suap, nrimo komisi dibawah tangan atau nrimo jabatan karena uang! People change, society change, abnormality change!
Dengan semua hal ini, rasanya kita perlu satu kriteria lagi untuk yakin mengetok palu apakah sebuah perilaku normal atau abnormal. Para ahli sepakat bilang bahwa kriteria terakhir adalah apakah perilaku mengganggu individu dan lingkungannya. Kalau Anda takut berlebihan (phobia) sama karet gelang atau balon…mungkin hal itu termasuk abnormal karena tak rata-rata orang gak takut sama karet/balon. Tetapi selama hal tersebut tak mengganggu aktivitas, pergaulan dan pekerjaan Anda sehari-hari dan tak mengganggu lingkungan sekitar Anda, maka ketakutan Anda mungkin bukan sesuatu yang terlampau abnormal!

Sebaliknya perilaku yang “tampak” normal seperti:”senang main facebook (FB)” bisa jadi perilaku abnormal. Di pagi hari begitu bangun tidur, Anda langsung menghampiri PC yang dibiarkan menyala semalaman, update status, cek message, ikut kuiz dan gosok gigi. Di perjalanan ke kantor, di setiap persimpangan lampu merah atau ketika kendaraan Anda tersendat, Anda langsung meraih BB dan cek halaman FB, dalam hati Anda beralasan:”Kalau gak gitu jadi ngantuk sih!” Sampai di kantor anda menyapa teman-teman kantor Anda,…lewat FB! Sembari mengerjakan proposal, Anda meladeni berbagai message dan undangan YM. Di ruang rapat, karena ada Bos Anda jadi sungkan cek-cek FB lewat BB, tapi di sela-sela pembicaraan orang, pikiran Anda melayang memikirkan: “wah di FB statusnya Fanny berubah dari in relationship jadi single…apa dia putus yah?” waktu berlalu dan FB setia menemani Anda, saat kerja, saat rileks, saat bersama pacar, saat kongkow dengan teman…tanpanya Anda resah dan jadi gelisah…well, welcome to the club!!

1 komentar:

  1. hahaha.. ni topik bru aja diomongin kmrn hehehe..
    banyak bner tuh yg mikir org psikologi bisa read mind, read personality, dll..
    pas tau aku ambil jurusan psikologi, jd pada blg,"jgn jadiin gw bahan percobaan lo yee!"
    hahahahaa..
    pada lucu dah.. salah kaprah smua..

    BalasHapus