Senin, 17 Januari 2011

Kisah Fina: Asa Seorang Penderita Asperger

Hasil tes menunjukkan bahwa ia individu yang cerdas...tapi kenapa ia begitu mudah diperdaya oleh orang? Katanya ia begitu trauma dengan pemerkosaan dan penyekapan yang dialaminya...dan SEWAJARNYA ia merasa begitu...tapi saat kutemu di rumahnya, ia sedang jongkok di depan TV, tertawa dan terkekeh-kekeh menonton film kartun! Mungkin ini bukan kasus pemerkosaan...mungkin Fina melakukannya atas dasar suka sama suka, mengaku disekap padahal dengan rela hati menginap selama 3 bulan dengan ”kekasih” yang kini dituduhkan melakukan penyekapan oleh orangtuanya. Ya....pasti begitu!Tapii....mata dan ekspresinya saat bertemu tersangka sulit dimanipulasi, ia begitu ketakutan...wajah yang tadinya planga-plongo itu mendadak didera horor.

Fiiuuhh....aku menghela nafas panjang, menutup mata lelahku sejenak dari tumpukan kertas dan buku yang berserakan di mejaku. Sudah hampir satu minggu aku dibuat bingung oleh kasus ini, fakta-fakta yang berbenturan, informasi yang tak lengkap... sampai hasil observasi dengan mata kepalaku sendiri belum mampu memberiku keyakinan mengembangkan hipotesa akan apa yang terjadi.

Klienku Fina seorang gadis remaja berusia 19 tahun, baru mengenal Jo lewat SMS tak dikenal yang diterima HP-nya. Setelah beberapa kali berkomunikasi melalui SMS, Jo mengajaknya copy darat. Fina menanggapi ajakan Jo dan mereka bertemu di stasiun kereta pada sore hari. Fina tak curiga saat Jo mengajaknya berjalan-jalan ke daerah yang lebih sepi, mereka berbincang sampai pukul 8 malam. Fina juga tak curiga ketika Jo meminta ijin untuk pergi ke toilet, ia setia menunggu, tak bergerak kemanapun hingga Jo kembali 1 jam kemudian dengan membawa 2 orang pria dewasa lain. Apa yang terjadi selanjutnya selalu membuatku miris membayangkannya....Fina diperkosa bergantian oleh Jo dan 2 pria lain. Tak sampai disitu saja, mata Fina kemudian ditutup dan tangannya diikat, ia dimasukkan ke mobil dan dibawa pergi. Ketika matanya dibuka, ia telah berada di sebuah rumah kosong dan disekap selama kurang lebih 3 bulan. Selama itu pula Fina kerap diperkosa dan dianiaya oleh ketiga pria tersebut.

Singkat cerita, Fina kemudian ”dipulangkan” oleh para penganiayanya. Di pagi hari sekitar pukul 10.00, pembantu Fina yang hendak membersihkan kamarnya menemukannya sedang bersembunyi di bawah tempat tidur dalam keadaan ketakutan, tubuh dan pakaiannya kotor, rambutnya tampak lengket dan acak-acakkan seperti lama tidak dicuci. Setelah pulang ke rumah, Fina terlihat sering bengong, ia takut tidur sendiri di kamarnya dan harus tidur dengan orangtuanya.Selain itu Fina yang sebelumnya gandrung akan HP, juga takut mengangkat telepon dan pergi keluar rumah. Di malam hari ia sering mengalami mimpi buruk dikejar-kejar monster atau orang jahat yang ingin membunuhnya.

Ayah Fina mengatakan bahwa Fina memiliki kekurangan sedari kecil, ia baru bisa berjalan dan berbicara pada usia 3 tahun, namun setelah itu ia berkembang seperti anak-anak sebayanya. Fina tidak pernah tinggal kelas, walaupun ia jarang belajar, ia dapat mengikuti pelajaran dengan cukup baik namun ia kurang bisa bergaul dengan teman-teman sebayanya dan hanya bisa bergaul dengan anak-anak balita. Selain itu perilakunya tampak seperti anak-anak, ia mudah terbawa rayuan orang dan tidak bisa menyaring perkataan orang. Hal ini membuat orangtuanya bersikap protektif dan menyekolahkan Fina di Pesantren.

Ada yang janggal dengan dirinya, ia tak seperti gadis remaja kebanyakan, cara bicaranya seperti anak kecil dan gerak-gerik wajah dan tubuhnya kikuk dan kaku. Tatapan matanya ”aneh” dan ia seringkali tidak bisa memberikan ekspresi emosi yang tepat. Selama berbincang ia jarang melakukan kontak mata dan sibuk bermain dengan kuku-kuku jari tangannya. Eits....sering memainkan kuku-kuku jari tangan...cenderung terpaku dan asyik pada dunianya...jangan-jangan ada kecenderungan autistik pada Fina. Ia masih mampu membangun hubungan dan berkomunikasi dengan dunia luar tapi sangat terbatas...dalam berkomunikasi ia ia hanya menangkap yang harafiah. Ekspresi, intonasi dan gestur yang mewarnai percakapan tak mampu diartikannya...

Pencarianku pada kejanggalan Fina berujung pada penemuan akan gangguan yang baru pertama kali kudengar: Asperger Syndrome....sebuah gangguan yang termasuk spektrum autisme. Individu dengan sindrom ini memiliki gangguan dalam penggunaan perilaku non-verbal ganda (kontak mata, ekspresi wajah, postur tubuh dan gestur) dalam interaksi sosial dan komunikasi. Mereka kurang mampu mengembangkan hubungan dengan teman sebaya. Hal ini mungkin tidak tampil dalam bentuk apatisme sosial. Individu dengan asperger biasanya ingin menjalin hubungan namun tidak memiliki keterampilan sosial yang diperlukan. Pendekatan yang eksentrik dan kelakukan yang canggung membuat mereka sulit diterima oleh lingkungan.

Seperti juga dalam gangguan autistik, pola berulang dari perilaku, minat dan aktivitas juga hadir. Hal ini biasanya ditunjukkan dengan berkembangnya keterpakuan terhadap sebuah minat yang spesifik dimana individu memiliki fakta dan informasi yang lengkap mengenai topik ini. Aktivitas lain mungkin terganggu karena mereka begitu menggandrungi aktivitas yang berhubungan dengan minat tersebut. Fina memiliki minat yang besar terhadap HP. Ia mengenal jenis-jenis berbagai-bagai HP beserta keunggulan dan fitur-fiturnya. Pembicaraan mengenai HP juga menjadi topik yang membuatnya bersemangat dan dapat bertutur panjang tanpa melihat konteks pembicaraan. Ia juga mampu belajar hal baru seperti membuat koneksi telepon melalui internet dan komputer yang tidak mampu dilakukan oleh kakak, adik dan orangtuanya. Tidak hanya itu, preokupasi terhadap HP juga membuatnya ”melanggar” larangan-larangan dari orangtuanya untuk tidak menggunakan HP dan telepon. Studi tentang individu dengan sindrom asperger mengungkapkan bahwa kriminalitas yang dilakukan oleh mereka biasanya menyangkut preokupasi mereka terhadap area spesifik dan dilakukan sekedar untuk memenuhi preokupasi mereka.

Sebagai seorang individu dengan Sindrom Asperger, Fina mudah menjadi korban kejahatan karena ia tidak mampu membaca tanda-tanda non-verbal dan sosial dari orang-orang yang bermaksud jahat padanya. Ketika Jo minta ijin ke WC dan menyuruhnya menunggu, Fina dengan patuh menunggu walau Jo baru kembali 1 jam kemudian. Ia sama sekali tidak curiga atau merasa ada kejanggalan dengan kepergian Jo ke ”WC” selama 1 jam.

Usia Fina yang berada pada masa remaja juga menambah kerentanan kepadanya Remaja-remaja belasan tahun dengan Sindrom Asperger memiliki kematangan sosial ataupun emosional yang lebih lambat bila dibandingkan dengan anak-anak lain dikelasnya. Ketika hubungan-hubungan asmara terjadi, penting bagi remaja untuk mempelajari cara ”membaca” tanda-tanda orang lain. Aspek lainnya adalah ia mungkin tidak menyadari isyarat bila tujuan seseorang tidak untuk jatuh hati dan beramah-tamah. Individu dengan Sindrom Asperger sangat mudah menjadi korban serangan seksual. Hal ini pula yang menimpa Fina Sebagai remaja putri, ia ingin diterima oleh teman-temannya namun keterbatasan kemampuan membuatnya menjadi seorang remaja yang terkucil. Tekanan untuk memperoleh teman atau pacar membuatnya membuka diri terhadap tawaran-tawaran perkenalan dari orang asing. Ketidakmampuan untuk membaca tanda-tanda sosial membuat Fina tidak menyadari bahwa Jo ingin memanfaatkannya dan hal ini yang membuat individu dengan Asperger rentan mengalami penganiayaan seksual.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar